Rabu, 06 Januari 2010

Kebal Api



Pada tahun 1885, suku Indian Navayo menjadi masyhur karena tari-tarian apinya. Mereka menari-nari telanjang bulat mengelilingi api unggun besar sambil membawa obor. Mereka menyapu-nyapukan nyala api itu pada badan mereka dan badan teman-temannya yang turut menari dengan cara yang mengagumkan sekali. Bagaimana caranya...?

Ternyata sebelum menari, mereka sudah menggosok dulu badan mereka dengan lumpur. Dengan cara yang demikian mereka tak mudah terbakar kulitnya.

Di Jepang terkenal apa yang dinamakan HI-Wattari, yakni suatu upacara keagamaan shinto. Paderi-paderi shinto berjalan di atas arang yang membara. Memang menakjubkan bagi mereka yang menyaksikan untuk pertama kalinya. Pertunjukan itu dilakukan di halaman Kuil. Sebelum berjalan di atas arang api itu, paderi-paderi menanggalkan pakaiannya yang indah-indah dan lebih dulu menginjakkan kaki mereka pada semacam tikar basah yang ditaburi dengan sebangsa tepung atau garam. Lalu mereka berjalan di atas arang-arang yang menyala itu dengan tenang tidak ada bahaya apa-apa.

Sesungguhnya garam yang ditabur-taburkan di atas tanah pada ujung bidang yang membara itu adalah campuran garam dan sulfat rangkap aluminium dan potasium.

Sejak itu diketemukan bahan-bahan lain untuk membuat kebal terhadap api. Misalnya campuran amonium fosfat, amonium sulfat dan amonium chorat. Pakaian-pakaian yang digunakan oleh pemain-pemain dalam opera-opera menjadi tak bisa terbakar dengan menggunakan campuran dari chloride seng.

Rumus melawan panas yang mula-mula diumumkan adalah sejenis bubur yang bisa terlihat. Akan tetapi kemudian orang menemukan pula resep-resep dari rempah-rempah yang tidak terlihat. Resep pertama yang digunakan adalah dari albertus magnus, yaitu sebagai berikut :

"Campurkan air dari Marshmallow (sejenis tanaman yang bisa dibuat gula-gula) dan Linda (sejenis tanaman juga). Ambillah putih telur dan campurkanlah dengan air buah radix. Kedua campuran diaduk-aduk sebaik-baiknya. Lalu campuran ini digosokkan pada tangan atau bagian tubuh mana saja yang akan dibuat tahan api. Setelah adonan yang berupa bubur ini menjadi kering, urapkan lagi bubur itu pada bagian-bagian tubuh yang hendak dibuat tahan api. Besi yang membara diletakkan pada bagian badan yang telah diurapi ini tidak akan mengakibatkan luka bakar”.


Ada juga resep lainnya yang digunakan orang supaya bisa berjalan di atas besi yang terbakar atau mencuci tangannya dalam timah yang mendidih. Resep ini terdiri dari : “Setengah ons rumput sumphiro yang dilebur kedalam dua ons spiritus, satu ons storax yang cair, satu ons air raksa dan dua ons homatius. Semuanya itu digiling menjadi tepung. Apabila adonan ini digosokkan ke dalam jumlah yang cukup pada kaki, maka tak akan ada luka-luka. Apabila diinjakkan pada sebatang besi yang membara tidak akan luka bakar. Dengan menggosokkannya pada tangan, maka tangan itupun bisa dicuci dengan timah yang mendidih” Namun, semakin majunya zaman, orang-orang kini menggunakan bahan kimia untuk melakukan permainan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar